Masa Sebelum Islam
Merujuk pasa penemu pertama ilmu falak atau astronomi, yakni nabi idris sebagaimana disebutkan dalam setiap muqoddimah kitab-kitab falak, nampak bahwa wacana ilmu falak sudah ada sejak waktu itu. Atau bahkan lebih dari itu.
Sekitar abad ke-28 sebelum masehi, embrio ilmu falak mulai nampak. Ilmu ini digunakan untuk menentukan waktu-waktu saat penyembahan berhala. Keadaan seperti ini sudah nampak dibeberapa negara seperti di mesir untuk menyembah dewa orisis, isis, dan amon. Dibabylonia (irak selatan) dan asyiria yang disebut dengan Mesopotonia (lembah antara sungai Tigris dan Eufrat) untuk menyembah dewa asthorot dan ba'al. mereka telah meninggalkan catatan Astronomi dari sekitar tahun 3000 SM. Beberapa diantaranya telah menggambarkan beberapa bintang (zodiak), sama seperti yang digunakan kita sekarang.
Sumbangsih penting bangsa Babylonia diantaranya adalah menetapkan sebuah lingkaran menjadi 360 Derajat, berdasarkan itu pula menjadi kan keadaan bumi (muhith al ardl/muhith al falak) 360 derajat. Begitu pula telah menetapkan satu hari = 24 jam, 1 jam = 60 menit, 1 menit = 60 detik.
Pada abad XX sebelum masehi, di negeri tioghoa (Tiongkok/China kuno) telah ditemukan alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainya, dan mereka pula yang dapat menentuka terjadinya Gerhana Matahari.
Abad ke 6 SM, tersebutlah nama Anaximander yang disebut dengan "Bapak Ilmu Asronomi" yang menganggap bahwa bentuk bumi adalah silinder dan angkasa berputar mengelilinya setiap hari. Lalu berlanjut pada asumsi Philosop Thales yang megatakan bahwa bumi merupakan dataran yang luas, tapi asiumsi itu dibantah oleh Phytagoras (580-500 SM) yang mengatakan bahwa bumi berbentuk bulat bola. Menurutnya pula bahwa bumi terletak di pusan alam semesta dan benda angkasa lain beredar mengelilingi bumi. Ide itu kemudian dilanjutkan oleh Herakletus dari pontus ( 388-315 SM) yang mengemukakan bahwa bumi berputar pada sumbu nya. Mercurius dan venus mengelilingi matahari dan matahari mengelilingi bumi.
Adalah Aristoteles (384-322 SM) seorang Philoshop terkenal menjabarkan teori sebelumya Phytagoras dan Heraklitus yang berasumsi bahwa bumi adalah pusat jagat raya. Bumi selalu dalam keadaan terang tidak bergerak dan sedikit menentang teori Heraklitus, bumi itu tidak berputar.Lintasan masing-masing benda angkasa berbentuk lingkaran. Peristiwa gerhana yang terjadi adalah peristiwa alam. Teori yang di kemukakan oleh Aristoteles ini kemudian dikenal dengan teori Geodentris.
Kemudian temuan tersebut ditentang oleh peneltian Aristarchus dari Samos (310-230) tentang hasil pengukuran antara jarak matahari dan bumi, dan pernyataan bahwa bumi mengelilingi matahari. Lalu Eratosthenes dari Cyrene (276-196 SM) juga dapat menghitung keliling bumi secara tepat dengan menggunakan Geometri (Ilmu Ukur) yang diperkrakan keliling bumi itu di perkirakan 25.000 mil. Dan menurut perhitungan nya diameter bumi itu semestinya 13.000 km (hampir tepat dengan angka sebenar nya 12.756,28 km pada khatulistiwa). Walaupun teori itu akhirnya terbukti benar, namun tidak seorangpun yang menyukai ide-ide tersebut. Akhirnya penemuan-penemuan itu tidak diakui masyarakat pada saat itu karena bertentangan dengan kebijakan gereja.
Teroi Geosentris Aristoteles selanjutnya di dukung oleh Hipparchus (190-125 SM) kemudian di populerkan oleh Cladius Ptolomeus (90-168 SM) yang dikenal dengan sistem Ptolomeus yang terekam dengan karyanya ALMAGETS yang menjadi buku pedoman Astronomi sampai 15 abad berikutnya. Dalam bukunya tersebut Ptolomeus yang lebih dikenal dengan Ptolemy mengemukakan bahwa bumi dikitari oleh bulan, mercurius, venus, matahari, mars, jupiter, dan saturnus. Benda-benda tersebut jaraknya dari bumi berturut-turut semakin jauh.
Friday, 18 September 2015
Perkembangan Ilmu Falak (season 1)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-Berkomentarlah seputar konten yang di atas.
-jangan menyimpan link aktif.
-saya sangat menghargai kritik dan saran dari kalian, jadi berbahasalah dengan sopan.
EmoticonEmoticon